Tuesday, May 13, 2008

Kehormatan manusia sebagai hamba Allah, oleh Mawlana Shaykh Nazim

Kita bukanlah kaum ekstrem atau orang-orang fanatik, tapi jalan kita adalah jalan pertengahan, tidak melenceng ke kanan maupun ke kiri. Berjalanlah lurus. Siapa yang pergi ke satu sisi, tidaklah sempurna...

Ada kepala, dan ada kaki, tidak setiap orang akan menjadi kepala. Tapi, tanpa kaki kepala pun tidak bisa berjalan. Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, Anda harus melihatnya. Tapi, manusia ingin melakukan semaunya di muka bumi ini, seperti Firaun dan Namrudz. dan mereka tidak ingin menghormati Allah.

Di abad 18 dan 19, manusia terjatuh ke dalam lautan Fasad (kerusakan) dan kekotoran. Dimulai di Perancis dengan revolusinya, menyebar ke seluruh Eropa dan dari sana datang ke kita. Air kotor mengalir dan karenanya, dunia saat ini seperti yang nampak saat ini. Saluran-saluran telah rusak di sana-sini, sehingga tak bisa diperbaiki lagi, dan tak seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari air kotor ini... Dan demokrasi adalah suatu penipuan.

Melihat diri sendiri lebih baik dari orang lain adalah Haram, Batil.Tak ada suatu kaum atau bangsa yang lebih baik dari lainnya. Semua diciptakan oleh Allah.

Di hadapan-Nya, orang yang menghormati dan mencintai-Nya paling dalamlah yang paling diterima oleh-Nya... Tidak pantas untuk memanggil diri sendiri Muslim- sudahkah Anda menjadi Muslim yang sejati? Sudahkah Anda berserah diri pada Allah dan mengorbankan ego (nafsu) Anda seperti Ibrahim yang siap untuk mengorbankan anaknya, yang ia cintai melebihi apa pun? Bulan ini telah dimulai dengan kekuatan yang hebat. Dan segala sesuatu yang terjadi dapat Anda temui di Quran yang suci- setiap huruf adalah seperti samudera arti. Untuk apa cerita tentang Ibrahim dan Ismail? Kita adalah dari generasi (dzurriyyat) Adam, bangsa (millat) Ibrahim, dan ummah Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam. Tapi mereka demikian bangga untuk datang dari kera. Mereka mungkin adalah keturunan kera- tapi kita adalah putra Adam a.s. dan dari bangsa Ibrahim, dan ini adalah kehormatan bagi kita.

Beliau a.s. adalah Khalilullah, kekasih Allah, dan beliau siap untuk mengorbankan apa yang paling disayanginya, dan Ismail pun siap untuk mengorbankan dirinya sendiri: Canim feda olsun, sagte er. Allah tidak ingin kita menjadi budak dari ego/nafsu kita sendiri, tapi untuk mengabdi pada-Nya. Anda dapat melakukannya? Untuk
apa orang hidup? Mereka hidup untuk memuaskan ego mereka sendiri baik orang-orang penting maupun orang-orang biasa. Begitu banyak batu-batu biasa di manakah permata berada?

Imam Rabbani, seorang Shaikh besar Naqshibandi, pernah berkata, "Kehebatan adalah bagi orang yang menyelamatkan dirinya dari perbudakan egonya." Untuk apa kita berpuasa? Ia (puasa) adalahpenyembahan, pengabdian, sarana terbaik untuk menyelamatkan orang dari perbudakan nafsu mereka. Semua Nabi menggunakan puasa dan mengajari ummat mereka untuk berpuasa. Balasan dari Allah untuk puasa adalah tak terbatas, karena puasa mengubah Anda dari hamba kedirian Anda menjadi hamba Allah. Jadi jangan mengatakan "Aku hebat!" Allah sendirilah yang Hebat, dan Dia memberikan keagungan bagi mereka yang bisa melarikan diri dari egonya. Dan kita membuka dan menutup mata kita untuk melayani ego kita. Manusia abad 21 adalah hamba-hamba ego
mereka, dan Syetan adalah guru pertama mereka.

Setiap orang ingin belajar. Tak ada lagi yang ingin belajar ketrampilan, tak ada lagi yang ingin menjadi penggembala, peternak, atau pekebun. Tak ada yang menghormati mereka lagi, setiap orang ingin menjadi orang besar dan orang penting. Tapi ada kepala dan ada kaki. Di Rusia, mereka telah mencoba, dan mengatakan bahwa mereka semua sama, dan semua mesti memerintah. Mereka membunuh Tsar dan
menempatkan diri mereka sendiri dalam istana. Stalin membunuh 80 juta orang dan membersihkan Asia Tengah dari Muslim. Tak setiap orang akan memerintah, karena siapa lalu yang akan mereka perintah? Pohon-pohon? Keledai? Anjing-anjing? Mereka tidak butuh pemerintah. Tapi egomania,ilusi untuk menjadi penting dan hebat, adalah perbudakan pada ego, dan sangat mungkin sudah tidak ada lagi manusia hebat yang sejati.

Di masa lampau, mereka bekerja dengan cahaya iman. Tapi, orang-orang sekarang ada dalam kegelapan dan tidak melihat lagi, ke mana mereka pergi atau melangkah. Tak ada lagi yang melihat. Pikiran dan kehendak telah turun pada tingkat nol, dan Syetan telah membuat manusia hina dalam penyembahan kepada ego mereka. Siapa kemudian yang hidup untuk Allah? Bangsa Saudi? Bangsa Turki? Bangsa Mesir? Pakistan? Manusia
adalah hamba dari Tuhannya.

Bulan ini telah mulai dengan Azamet, berjagalah! Pintu penyembahan adalah puasa, perang terhadap ego, yang selalu ingin berbuat semaunya. Katakanlah kepada ego Anda, "Tidak, aku tidak mau menjadi pelayanmu lagi, aku berpaling kepada Allah, aku tidak akan mendengarmu lagi!" Siapa yang berkata demikian akan terselamatkan,
dan yang lainnya akan pergi...

Setiap pagi, saya makan Sahur dan memohon pertolongan untuk berpuasa. Jika Allah memberikan bantuan-Nya, dengan satu telan, saya dapat berpuasa 40 hari...Ya Allah, masukkan kami dalam Tajalli Lutf (rahmah, karunia ketuhanan, dan ni'mah), bukan Azab (murka Tuhan).

Rabi'ah Adawiyah, seorang sufi wanita menerangkan bahawa pada suatu hari, dia menaiki perahu. Belayar menerjang ombak samudra. Diantara rombongan itu ada seorang pemuda yang masih belia. Dia selalu menunduk tafakur. Tiba-tiba bertiup angin sangat kencang, mengumbang-ambingkan perahu yang ditumpangi.Rabi'ah Adawiyah meminta kepada pemuda itu."Wahai anak muda, alangkah baiknya jika kamu berdoa kepada Allah, mohon agar kita selamat daripada bencana."

Mendengar permintaan Rabi'ah itu, dia memandang kepada Rabi'ah dengan sorot mata penuh kebencian. dan dia berkata,"tidak ada seorang hamba pun yang menentang kehendak raja, Raja-raja itu berbuat sekehendaknya". Setelah berkata begitu, dia kembali menunduk. Rabi'ah Adawiyah berkata,"Dan setiap kali dia bertafakur kepada Allah , setiap kali pula kami memohon kepadamya untuk mendoakan kepada kami."

Akhirnya, pemuda itu mengangkat kepalanya, memberi isyarat kepada angin agar berhenti menghembus. Dan angin pun menjadi tenang. perahu tidak terumbang-ambing lagi.Demi Allah, apakah yang kamu miliki wahai anak muda, sehingga dirimu mampu menenangkan angin yang menggoncangkan perahu kita?"tanya Rabi'ah Adawiyah.

"kita adalah hamba. Kita menahan diri daripada apa yang kita inginkan kerana Dia. Maka Dia pun menahan apa yang Dia inginkan demi kita,"jawabnya singkat....